SELAMAT tahun baru islam

Rabu, 14 November 2012

Tahun Baru Islam yang Dilupakan

Aneh tapi nyata itulah kenyataanya. Sebagian
besar umat Islam saat ini ini lebih mengetahui
tahun baru Masehi (1 Januari), ketimbang
tanggal 1 Muharram (bulan Hijriah) yang
merupakan tahun baru umat Islam. Bahkan
kalau ditanya urutan bulan masehi dengan
bulan hijriah, lebih hapal bulan masehi.
Tragis!!!
Lebih dari itu,  yang lebih menyesakan dada,
pemahaman serta pola pikir mengenai tahun
baru Islam ini, telah meracuni generasi umat
Islam dewasa ini. Sehingga tidak terlalu
berlebihan, ketika perayaan tahun baru Islam
yang jatuh pada Kamis 15 November 2012
mendatang, sebagian besar umat Islam hanya
berdiam diri dan tidak
melakukan sesuatu yang istimewa dalam
perstiwa akbar tersebut.
Kondisi ini berbanding seratus delapan puluh
derajat, bila dibandingkan ketika kedatangan
tahun baru masehi. Ribuan bahkan jutaan umat
manusia di seantoro dunia ini dibuat sibuk
minta ampun, untuk memeriahkan pesta pora
yang tidak jelas itu. Bahkan berbagai acara
dan kegiatan pun turut memeriahkan
kedatangan awal tahun itu
yang sifatnya materialistis dan hedonis. Konvoi
kendaraan bermotor pada malam tahun baru
Januari selalu membuat jalan raya padat
merayap. Pesta kembang api dan berbagai
konser musik, bahkan pesta esek-seks, mabuk-
mabukan, dan berbagai kemaksiatan lainnya
pun turut disuguhkan dan dinikmati pada satu
malam tersebut.  Ironisnya lagi, yang terbuai
untuk melakukan hal itu ternyata umat Islam
sendiri. Mereka telah dijejali berbagai macam
virus yang telah merusak otaknya, untuk
menyimpang dari ajaran Islam, untuk
mengikuti ajaran ajakan setan yang terkutuk.
Lalu pertanyanya, apa yang dilakukan dalam
menyambut tahun baru Hijriah ini? Padahal
bila menengok sejarah masa lampau, tahun
hijriah ini telah tercatat dalam sejarah tinta
emas.  Historisnya, pada waktu itu Nabi
Muhammad SAW tengah berhijrah dari kota
Mekah ke Madinah untuk membangun
kekuatan Islam. Di sinilah bisa
dikatakan titik awal kebangkitan umat Islam
dalam menyebarkan agama ke seluruh pelosok
penjuru dunia.  Karena bila ditelisik lebih
mendalam, 1 Muharram merupakan awal untuk
perubahan saat proses hijrah berlangsung.
Hijrah  sendiri menurut etimologi artinya
berpindah. Sedangkan menurut terminologi,
mengandung dua makna, yakni hijrah makani
dan hijrah maknawi. Hijrah makani bisa
dikatakan hijrah secara fisik berpindahnya dari
suatu tempat yang kurang baik menuju yang
lebih baik. (dari negeri kafir menuju negeri
Islam). Namun secara nonfisik hijrah
mengandung makna, berpindah dari nilai yang
buruk menuju nilai yang lebih baik.
Tepatnya dari kebathilan menuju kebenaran
atau  dari moral bangsa yang buruk menuju
bangsa yang bermoral.  Bahkan makna
berpindah itu sendiri mempunyai makna yang
besar. Ini bisa juga diartikan perubahan. Sebab
bila prilaku sudah berubah menjadi baik, maka
akan datang pertolongan dari Allah SWT,
berupa kemuliaan dan kesuksesan dunia dan
akherat. Maka bila dikaitkan dalam konteks
berbangsa dan bernegara, perubahan amatlah
penting. Termasuk seorang calon pemimpin
yang berlaga dalam Pemilukada, hendaknya
menjadi teladan dalam kehidupan
masyarakatnya. Jadilah pemimpinan yang
tegas, teguh, dan teladan. Seperti Nabi
Muhammad dalam memimpin
pemerintahannya. Posisinya beliau sebagai
nabi maupun rasul, patut di contoh pemimpin-
pemimpin sekarang. Sosok seorang pemimpin
yang arif dan bijaksana dan tidak pernah
banyak mengumbar janji.
Kembali lagi kepersoalan, di bagian lain juga
kita sebagai kaum muslimin, patut bersyukur
karena masih ada umat Islam masih yang
tetap merayakan tahun baru Islam ini meski
dalam bentuk yang sederhana. Seperti pawai
obor, tabligh akbar, dan aktivitas kegiatan
keagamaanya lainnya. Semoga prilaku
semacam ini masih bisa dilestarikan dan
dipertahankan, agar dunia ini masih terbentuk
(belum kiamat). Dan sang fajar masih bisa
menyinari alam jagat raya, dan cahaya bulan
mampu menerangi alam semesta ini
Kesimpulannya, mari kita jadikan 1 Muharram
ini, sebagai wahana untuk evaluasi diri.  Agar
kita bisa memaknai makna 1 muharram ini
bukan hanya sebatas ceremonial belaka, tetapi
bisa menghayati lebih mendalam arti hijrah
yang sesungguhnya. Semoga!

Oleh: jejep falahul alam


0 komentar: